Menyikapi Musibah dengan Bijak

Written by on ,
musibah

Musibah sering dipandang sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan, menyedihkan, membuat sebagian besar orang berputus asa saat menghadapinya sehingga banyak yang menganggap musibah adalah suatu masalah yang selalu membuat orang susah. Di sisi lain musibah membuat sebagian orang menjadi lemah. Bahkan tidak sedikit yang mengganggap Tuhan telah salah dengan menimpakan suatu musibah. Kebanyakan orang tidak instropeksi diri dan cenderung mncari kebenaran diri. Namun jika kita renungkan ternyata banyak hal yang pada mulanya kita anggap sebagai musibah pada akhirnya menjadi sebuah berkah. Hikmah di balik musibah tersebut baru kita sadari setelah berlalu. Padahal kita tahu bahwa seseorang dikatakan sabar jika ketika mendapat ujian atau ditimpa musibah tidak mengeluh, tidak mencari seseorang yang disalahkan serta menerima dengan ikhlas.. 

Kebanyakan dari kita lebih mudah untuk bersyukur tatkala menerima anugerah dibandingkan bersabar saat sedang mendapat musibah. Keduanya merupakan sikap yang diperintahkan untuk umat yang beragama. Barang siapa bersyukur maka akan ditambah nikmatnya dan barang siapa yang ditimpa suatu musibah maka kembalikan semua padaNya. Pada dasarnya ada dua kemungkinan ketika seseorang ditimpa musibah. Pertama, seseorang akan ditinggikan derajat keimanannya. Kedua, teguran dari Sang Kholiq karena keteledoran kita dalam menjalankan syariat agamanya. Apakah dalam hal menjalankan ibadah ritual, kurang berbakti kepada orang tua atau mungkin kita diberi kelimpahan harta tetapi belum cukup bersodaqoh kepada sesama.

Musibah tidak hanya berupa bencana alam, kesulitan ekonomi, kekurangan bahan makanan, kecelakaan di perjalanan, kesulitan memperoleh lapangan pekerjaan dan banyak lainnya. Kejadian-kejadian tersebut seringkali menyimpan misteri hikmah didalamnya. Dan bersama kesulitan terdapat kemudahan. Sebagai contoh, musibah letusan gunung Merapi yang terjadi beberapa waktu lalu telah meluluh lantakkan hampir seluruh tanaman disekitarnya. Namun beberapa bulan berikutnya terjadi suksesi yaitu tumbuhnya tanaman dan sayuran sangat subur, nampak hijau royo-royo yang membuat terkesima mata memandang dan membuat puas hati para petani. Dan masih banyak contoh-contoh lain yang dapat kita petik hikmahnya dari sebuah musibah ataupun bencana.

Sikap kita dalam menghadapi musibah adalah cermin dari keimanan dalam hati. Seseorang yang sudah mencapai “Ainul Yaqin” dan “Tawakkal” akan menerima musibah dengan lapang dan sabar, bahkan akan instropeksi diri sendiri untuk menemukan kesalahan atau kekurangan dirinya. Sikap tersebut dapat dirasakan seseorang yang keimanan kepada Taqdir Alloh sempurna, karena dalam taqdirnya ada nikmat/anugerah ada juga ujian atau musibah untuk mengetahui tingkat keimanan seseorang. Jika kita merasa sudah benar dalam menjalankan agama maka bisa jadi ujian itu adalah sarana atau syarat untuk meningkatkan derajat seseorang dimata Alloh SWT. Ibarat seorang siswa, mereka akan naik kelas setelah lulus ujian, demikian pula dalam kehidupan di dunia ini setiap manusia akan diuji oleh Sang Pencipta. ( Umi Hasanah )
.