Akomodasi Sarana Penyelesaian Konflik dalam Kelompok

Written by on ,
konflik

Akomodasi sebagai Sarana Penyelesaian Konflik dalam Kelompok. Konflik memiliki nama latin configure yang berarti adalah saling memukul. Konflik yang terjadi dalam sebuah kelompok tidaklah seperti konflik antarpribadi dan merupakan hal yang wajar. Bila yang terjadi adalah antarpribadi, duduk permasalahan konflik berada pada orientasi tujuan yang berbeda. Sedangkan konflik intern suatu kelompok terjadi karena cara pandang yang berbeda terhadap suatu tujuan yang sama. Konflik terjadi karena adanya komunikasi diantara berbagai macam orang yang berbeda latar belakang, visi-misi, dan termasuk pandangannya. Padahal mereka selalu dituntut untuk bekerja sama dan saling menggantungkan diri dalam arti positif untuk menggapai tujuan bersama. Konflik dalam suatu kelompok atau organisasi bukan berarti meniadakan kerjasama. Karena tujuan yang sama justru konflik itu adalah bagian dari kerjasama. 

Terdapat berbagai macam jenis-jenis konflik beserta metode penyelesaiannya. Setiap situasi yang berbeda tentunya mengarah pada suatu metode penyelesaian yang berbeda pula. Bila tidak, semakin parahlah keadaan yang terjadi pada organisasi/kelompok yang bersangkutan. Metode boneka beruang atau yang merupakan nama lain dari akomodasi, adalah salah satu dari lima gaya penyelesaian konflik dalam kelompok. Penamaan “boneka beruang” pada metode ini tak memiliki alasan yang jelas. Dari sumber-sumber yang penulis dapatkan, hanya dikatakan bahwa gaya ini meniru karakter beruang yang lebih suka mementingkan hubungan daripada tujuan. Dengan kata lain, kebiasaan bahwa beruang lebih suka mengalah menjadikan dasar penamaan metode ini.

Suatu managemen organisasi yang merujuk pada penyelesaian masalah secara akomodasi akan selalu mencari cara untuk melunakkan duduk persoalan. Melunakkan disini maksudnya adalah salah satu pihak mengorbankan beberapa kepentingannya sendiri dan membiarkan pihak lain merasa diuntungkan dari keadaan konflik tersebut, sehingga metode ini dapat disebut juga sebagai self scarifying behavior. Namun ini bukan berarti menjadi suatu win-lose solution. Suatu “kemenangan” yang didapatkan oleh pihak lain tersebut terjadi karena di pihak lawan ingin menjaga hubungan tetap baik dan juga tetap memperhatikan kepentingan pribadinya. Sehingga di pihak yang “kalah” perlu menggeser sedikit kepentingan mereka untuk mencari persamaan-persamaan diantara pihak yang terlibat. Disini dapat terlihat bahwa dalam metode boneka beruang sebenarnya telah mendorong adanya kerjasama. Sedangkan keburukannya adalah membuat masalah nampak kabur dan tidak menyentuh pokok masalah yang sebenarnya.

Contoh kasus mengalah adalah suatu cerita yang menyebutkan kebijaksaan Nabi Sulaiman dalam menangani dua ibu yang rebutan bayi. Ibu yang satu tegas mendukung sikap Nabi Sulaiman agar dibagi dua (dibunuh mati). Tapi Ibu yang satu tidak rela, karena merasa sayang dengan bayinya. Lalu dia mengalah dan memilih menyerahkan saja bayi itu pada temannya. Nabi yang bijak ini kagum dengan perempuan yang rela mengalah demi keselamatan sang bayi. Nabi Sulaiman akhirnya tahu mana Ibu yang benar. Dia menyerahkan bayi itu pada Ibu yang justru rela kehilangan bayi. Perempuan yang mengalah demi kehidupan anaknya.

Begitulah, dengan mengalah suatu pihak dapat mendapatkan kembali haknya yang nyaris hilang. Walaupun dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu demikian, paling tidak hubungan antara dua pihak yang bersangkutan akan tetap damai dan terjaga. Sikap mengalah juga menunjukkan kecerdasan sosial seseorang. Karena hal terpenting dalam mengalah adalah kesiapan hati satu pihak untuk menerima apapun yang terjadi tanpa ada niat untuk mencelakakan pihak lawan. Bila kasusnya adalah happy ending seperti cerita diatas tentu tidak akan menjadi masalah. Namun bila harus berakhir dengan suatu hal yang buruk, pihak yang bersangkutan harus siap menerima segala konsekuensinya. ( Maria Oktaviani )
.