Perpustakaan merupakan suatu institusi sosial yang merupakan tempat untuk mencari berbagai bahan bacaan. Saat ini perpustakaan dapat dijumpai di mana saja. Di instansi pemerintah Kabupaten ada Perpustakaan daerah, di pemerintahan desa ada perpustakaan desa dan hampir di semua sekolah juga ada perpustakaan. Tapi tahukah anda bagaimana sejarah perpustakaan di Indonesia?
Berikut ini akan disajikan sejarah perkembangan perpustakaan di Indonesia yang terbagi menjadi 3 bagian, yakni :
1. Masa Sebelum Penjajahan.
Dahulu sebelum Belanda dan bangsa Barat lainnya menjajah Indonesia, di Indonesia telah ada kerajaan-kerajaan besar seperti kerajaan Majapahit, kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram, Kerajaan Kutai dan lain-lain. Kekuasaan dan kejayaan negara-negara tersebut terkenal sampai ke beberapa negara. Raja-raja yang memerintah pada masa kejayaan kerajaan masing-masing telah mempunyai perhatian yang cukup besar terhadap kesusastraan dan filsafat serta kebudayaan daerah. Pada masa itu telah banyak pujangga-pujangga terkenal yang menulis buku. Seperti kerajaan Majapahit dengan pujangganya yang terkenal yakni Mpu Prapanca dan Mpu Tantular.
Karya Mpu Prapanca yang terkenal adalah sebuah buku yang yang berjudul Negara Kertagama. Sedangkan karya Mpu Tantular yang terkenal adalah Arjuna Wijaya dan Sutasoma. Pada masa sebelum penjajahan ini, belum ada bukti sejarah yang menyatakan secara tepat bahwa kerajaan-kerajaan di Indonesia telah memiliki perpustakaan. Adanya perpustakaan hanya merupakan dugaan yang rasional berdasarkan fakta-fakta sejarah lainnya. Dengan adanya buku yang dikarang tentunya banyak yang menduga sudah ada perpustakaan zaman tersebut.
2. Masa Penjajahan Belanda.
Pada Masa Penjajahan Belanda, Pemerintah Belanda secara resmi mendirikan perpustakaan gereja di Batavia pada tahun 1643. Pustakawan pertama yang bertugas bernama Dominus Abraham Fierenius. Perpustakaan gereja tersebut meminjamkan bukunya kapada anggotanya yang berada di Batavia dan juga Semarang. Pada tanggal 24 April 1778 diresmikan sebuah perhimpunan bernama Bataviasche van Kunsten Weetenschap. Pada kesempatan ini juga diresmikan perpustakaan perhimpunan yang didirikan atas prakarsa Mr. J.C.M. Rademaker.
Perpustakaan ini mendapat sumbangan 50 Gulden per tahun. Pada tahun 1848, perpustakaan tersebut mengeluarkan katalognya yang pertama yaitu Bibliotecae Artium Scientiaerumquae Batavia Floret Cataloque Systematicus hasil dari suntingan P. Bleeker. Pemerintah Belanda juga mendirikan Volkslectuur ( Balai Pustaka ) yang bertugas menerbitkan buku bagi rakyat.
Volkslectuur ini kemudian mendirikan perpustakaan umum yang disebut Volksbibliotheek yang pengelolaannya diserahkan kepada Volkschool (Sekolah yang menerima tamatan sekolah rendah). Koleksi Volksbibliotheek digunakan untuk guru dan murid, boleh dipinjam oleh penduduk setempat dengan membayar dua sen per buku untuk jangka waktu 12 hari. Selain bibliotheek, ada juga perpustakaan yang didirikan oleh pihak swasta yaitu Gereja Katolik. Perpustakaan ini disebut Openbareleeszalen atau ruang baca umum. Ruang baca ini menyediakan bacaan secara cuma-cuma, hanya baca ditempat, tidak dipinjamkan dan buka pada siang hari.
Pada masa penjajahan Jepang. Pemerintah pendudukan Jepang mengeluarkan peraturan melarang penggunaan buku-buku yang ditulis dalam bahasa Inggris, Belanda dan Perancis untuk digunakan di sekolah-sekolah. Akibat larangan tersebut, banyak perpustakaan tidak dapat digunakan karena kebanyakan buku ditulis dalam bahasa Belanda. Perpustakaan yang selamat pada masa Jepang hanyalah Bataviaashe van Kunsten en Wetenschap serta beberapa perpustakaan penelitian.
3. Perpustakaan Masa Kemerdekaan.
Pada masa-masa awal kemerdekaan Indonesia, pembinaan dan pengembangan perpustakaan belum begitu mendapat perhatian karena pemerintah pada masa itu masih memusatkan perhatiannya kepada penataan pemerintahan dulu. Setelah pemerintahan berjalan dengan teratur, maka pemeritah merasa perlu pendirian perpustakaan sebagai salah satu sarana dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pada tahun 1950, pemerintah mulai merintis pendirian perpustakaan. TPR (Taman Pustaka Rakyat) didirikan dalam tiga kategori yaitu : Perpustakaan Tingkat C untuk wilayah desa dan diperuntukkan untuk masyarakat yang tingkat pendidikannya rata-rata tingkat Sekolah Dasar. Perpustakaan rakyat tingkat B yang didirikan di Ibukota Kabupaten. Perpustakaan Rakyat Tingkat A, didirikan di Ibukota Propinsi. Perkembangan ekonomi dan politik yang tidak stabil pada masa-masa ini mengakibatkan kemunduran TPR. Pembangunan perpustakaan mulai digerakkan lagi sejak Pembangunan Lima Tahun (PELITA) digalakkan. Demikianlah sekelumit sejarah perpustakaan di Indonesia. ( Mun's Fadh ) Sejarah Perpustakaan di Dunia