Kisah Penderitaan Awal Buruh Pabrik

Written by on ,
kisah

Kisah buruh pabrik. Seminggu yang lalu aku mengantar saudaraku untuk melamar kerja di pabrik permen Y*pi di kawasan Bogor. Ada sekitar 200 orang sudah berjejal didepan gerbang membawa lamaran dan hampir semua memakai pakaian hitam putih.

Kisah Buruh Pabrik

Saat itu kami sampai pukul 7.00 pagi, dan kami menunggu ditempat yang telah disediakan oleh pihak pabrik. Satu jam... Dua jam... Tiga jam berlalu barulah seorang wanita setengah tua (ehmm agak tua, atau sudah tua kali yaa,.) meminta kami mengumpulkan lamaran, kemudian kami dan ratusan orang lainnya kembali duduk menunggu.
kisah

Aku sampai terkantuk-kantuk, melihat jam ternyata sudah menjelang dzuhur. Karyawan pabrik pun sudah mulai keluar beristirahat. Aku melirik saudaraku, dia mengangkat bahu. Cacing diperut sudah menggebuk-gebuk ria. Akhirnya aku dan saudaraku keluar untuk mencari makan dan mencari masjid untuk solat. 

Pukul 13.00 kami kembali ke tempat yang disediakan untuk menunggu, aku melihat sekeliling. Sudah mulai berkurang sebagian, mungkin mereka kesal menunggu. Ada yang tertidur di pojokkan, ada yang sedang berias, ada yang main handphone dan teleponan, anehnya ada juga yang sudah berumur, mungkin sekitar usia 40an, tapi ada satu kesamaan dari kita semua selain melamar pekerjaan, yaitu kita semua perempuan. 

Aku kembali melirik saudaraku, barangkali dia juga berubah pikiran dan berniat untuk pulang, tetapi ternyata dia masih teguh pendirian untuk melamar.

Sampai pukul 16.30 wanita berkaca mata yang tadi mengumpulkan lamaran pun datang, membawa setumpuk lamaran yang dibantu oleh security. Wanita itu berbicara, suaranya nyaring sekali.

"Yang disebut namanya tidak lolos, silahkan pulang dan ambil kembali lamarannya"

Satu persatu nama disebut, mereka yang dipanggil maju dengan tampang lelah dan kesal. Sehingga tinggal satu map terakhir saudaraku sudah mulai girang dan matanya berbinar seakan berkata 'AKU LULUS!!!'.

"Ratna Ningtias"

Seketika wajah saudaraku langsung bertekuk, dia maju kedepan dengan lemas. Tanpa ucapan penutup wanita itu pergi meninggalkan kami semua. Sementara yang lolos bisa mengikuti tahap selanjutnya.

Selama perjalanan aku dan Ratna saling diam, yah... Aku mengerti perasaannya. Sesampai dirumah dia baru mau membuka mulutnya.

"Kak, aku yang orang sini asli gak lolos kok rasanya sedih dan kesal banget ya, kita tuh kayak dikerjain suruh nunggu seharian" ocehnya. Aku tersenyum.
"Tapi kak, kasihan deh yang disebelahku, mana dia anak rantauan dari Lampung, disini sendirian, tadi juga kayaknya siang dia enggak keluar buat makan. Cuma minum air aja. Gak lolos pula"
Aku mengacak-acak rambut saudaraku ini.

"Jadi mau ngelamar jadi buruh pabrik lagi engga?" Godaku.
"NO WAY" celetuknya. ( Penulis: Izmia ) Kisah Manusia Bergaul Dengan Sampah
.