Tips menjemput ide dalam menulis, tips jadi penulis . Pernahkan merasa galau inspirasi? Ingin menulis tapi bingung apa yang ingin ditulis? Dapat tugas menulis tapi ‘mentok’ ide. Pernah juga mengalami ketika hasrat menulis sudah meletup-letup tapi setelah di depan komputer bingung apa yang mau ditullis? Hia ha ha.. . Kita tos dulu kalau begitu.
Sebenarnya ide itu sudah dijatah sama Allah setiap harinya. Sekali lagi, setiap harinya. Tapi masalahnya itu kita peka tidak dengan ide yang Allah berikan.
Dalam kesempatan kali ini, saya ingin berbagi ilmu semoga bisa memberi manfaat bagi teman-teman semua yang sering mengalami kebuntuan dalam menulis. Agar lahir penulis muda yang berbakat dan memudahkan penulis pemula (seperti saya ini) terus produktif melahirkan tulisan-tulisan yang bermanfaat.
Ok, tips ini saya combain dengan pelatihan menulis yang pernah saya ikuti bersama penulis buku remaja yang sudah melahirkan 40an buku, Ustadz Burhan Shadiq.
Pertama, ingat-ingat waktu kita biasanya mendapat ide itu kapan. Saat ramaikah? Atau ketika sedang sendiri? Waktu malam misalnya. Saat mengerjakan suatu pekerjaan mungkin. Namun, yang sering saya jumpai, ide datangnya tiba-tiba. Hadirnya tanpa kita duga.
Ide itu mahal harganya, kalau tidak segera dieksekusi jangan harap bisa mempel dikepala untuk kedua kalinya. Untuk itu, saat ia hadir segeralah dieksekusi. Ya, kita segera menuliskanya. Kabanyakan penulis senior begitu, seperti Mbak Afifah Afra beliau pernah berpesan, “Ketika ide datang, segera eksekusi, tidak perlu panjang-panjang untuk menuliskannya. Tapi pokok ide itu.” Zaman sudah canggih, bisa kita mangoptimalkan gadget kita untuk menulis ide, namun jika tidak memungkinkan bisa dengan menggunakan secarik kertas terlabih dahulu untuk menyimpan ide kita. bahkan ada juga penulis yang memanfaatkan struk belanja untuk menuliskan ide-idenya. Lucu ya? Hi hi hi... Biasanya para penulis itu membawa notes atau buku saku yang mudah dibawa untuk mengantisipasi datangnya ide.
Kedua, bisa dengan membaca. Sebelum kita menulis bisa kita agendakan waktu kita untuk membaca. Membaca apakah? Apa saja. Hmm. Buku setema dengan apa yang kita tulis juga bisa. Seperti apa kata orang, membaca membuka jendela dunia, insya Allah jendela pikiran juga akan terbuka.
Ketiga, ngobrol dengan orang sekitar atau berdiskusi. Menulis itu tidak harus bersumber dari pustaka, dengan pengalaman pun bisa jadi bahan tulisan. Tidak melulu teori bahkan menulis dengan kisah atau cerita hikmah itu lebih mengena bagi pembaca karena yang kita sampaikan bersumber pada pengalaman. Bisa pengalaman diri sendiri maupun lawan bicara kita.
Keempat, silaturrahim. Jika diartikan menyambung kasih sayang. Kepada siapakah? Tak lain dan tak salah adalah saudara kita dalam Islam. Selain memperpanjang usia, silaturrahim juga menambah rezeki. Dan rezeki itu tidak harus berbentuk uang. Cerita hikmah atau pengalaman yang menarik dari lawan bicara kita bisa menjadi rezeki kita untuk jadi bahan menulis.
Menarik bukan? Menjadi penulis itu. Selain kaya ilmu penulis juga dituntut kaya akan pengalaman hidup. Ada nasihat dari Ustadz Burhan yang masih saya ingat agar mudah menulis. Yakni dengan jurus 3B; banyak membaca, banyak silaturrahim, banyak traveling. Semoga tidak galau inspirasi lagi ya, semoga bermanfaat. Selamat menjemput ide ya, tangkaplah ide dan jangan biarkan ia lari begitu saja. ( Riska Layla ) Lomba Menulis 2015